Agroindustri di Indonesia Dinilai Berkembang Baik

  • Kamis 19 Oktober 2017 , 12:00
  • Oleh : Dewi
  • 1897
  • 2 Menit membaca
UPN VETERAN Yogyakarta
Yogyakarta, (Antara Jogja) - Agroindustri di Indonesia pada dekade ini berkembang baik terutama di tingkat industri rumahan serta usaha mikro, kecil, dan menengah, kata dosen Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta Muhammad Nurcholis. "Indikator perkembangan agroinduistri itu salah satunya dapat dilihat dari semakin banyaknya industri rumahan serta UMKM terutama yang menggunakan bahan dasar dari produk pertanian," katanya di Yogyakarta, Rabu. Di sela International Conference on Green Agro Industry (ICGAI) 2017, Nurcholis mengatakan perkembangan agroindustri di tingkat rumahan dan UMKM itu dapat dilihat dari usaha yang semula hanya dikerjakan anggota keluarga, kemudian mampu mempekerjakan orang-orang sekitarnya. Di tengah perkembangan itu, menurut dia, akademisi mempunyai tanggung jawab sosial untuk mengidentifikasi permasalahan agar menghasilkan kontribusi solusi. "Hal itu untuk mendukung agroindustri agar terus meningkat baik secara kualitas maupun kuantitas," kata Nurcholis yang juga Ketua Panitia ICGAI 2017. Menurut dia, identifikasi masalah dilakukan dari semua aspek, mulai dari "on farm" atau segala proses proses yang langsung berhubungan dengan budi daya pertanian di lapangan hingga "off farm" yang merupakan proses komersialisasi hasil pertanian. "Oleh karena itu, akademisi dari negara-negara Asia dan Eropa diharapkan dapat saling bertukar informasi dalam ICGAI. Apalagi negara-negara tersebut memiliki karakter agroindustri yang berbeda," katanya. Di Indonesia, misalnya, lebih menonjol sektor industri rumahan karena mayoritas masyarakat memiliki lahan sempit. Kondisi itu berbeda dengan Selandia Baru yang memiliki area lahan luas sebagai lokasi peternakan sehingga menghasilkan susu skala besar. Ia mengatakan, akademisi yang berpartisipasi dalam ICGAI itu berasal dari negara-negara Asia dan Eropa seperti Malaysia, Thailand, Filipina, Jepang, Belanda, Hongaria, dan Indonesia. Mereka membahas agroindustri dari hulu hingga hilir terutama berkaitan dengan kesehatan pangan. "Pertemuan ilmiah itu juga sebagai media komunikasi antara akademisi, institusi, dan pemangku kepentingan dalam pengembangan agroindustri terutama dalam aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi, inovasi, dan memperluas jaringan," kata Nurcholis.