Mengenal 6 Aliran Pencak Silat di Indonesia

  • Selasa 11 Februari 2020 , 12:00
  • Oleh : Ritta Humas
  • 110213
  • 4 Menit membaca
UPN VETERAN Yogyakarta

SLEMAN - Pencak Silat ialah seni bela diri Asia yang berakar dari budaya Melayu. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina dan Thailand. Seiring perjalanan waktu, seni bela diri warisan Melayu Nusantara ini mulai berkembang di Vietnam. Hal ini berkat peranana para pelatih asal Indonesia.


Di tingkat nasional olahraga melalui permainan dan olahraga pencak silat menjadi salah satu alat pemersatu, bahkan untuk mengharumkan nama bangsa, dan menjadi identitas bangsa. Olahraga ini  sudah dipertandingkan di skala internasional.

Di Indonesia banyak sekali aliran-aliran dalam pencak silat, dengan banyaknya aliran ini menunjukkan kekayaan budaya masyarakat yang ada di Indonesia dengan nilai-nilai yang ada di dalamnya. Berikut beberapa aliran pencak silat.

1. Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)

Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka. Aliran pencak silat ini didirikan tahun 1903 oleh Ki Ngabehi Soeromihardjo atau yang dikenal dengan Eyang Suro dengan nama Djojo Gendilo Tjipto. Kemudian Pada tahun 1917, berubah nama menjadi Persaudaraan Setia Hati .

Nama Setia Hati berarti sebuah kesatuan tunggal dalam hati dan pikiran manusia yang berorientasi pada Tuhan. Sementara, Terate atau yang bermakna bunga teratai adalah sebuha jenis dari keindahan dan keagungan bunga yang dapat bertahan di mana pun.

PSHT mengutamakan persaudaraan antara manusia dan juga kombinasi antara ajaran spiritual (ilmu kebatinan) dengan gerakan pencak silat.

2. Pencak Silat Pagar Nusa

Sejak dahulu di lingkungan pesantren Nahdlatul Ulama (NU), terdapat banyak aliran silat. Keberagaman tersebut membuat dibentuknya Pagar Nusa sebagai wadah perkumpulan pencak silat di bawah NU tahun 1986. Di antara ragam yang ada, ada nama Pagar Nusa Gasmi, Pagar Nusa Batara Perkasa, Padar Nusa Satria Perkasa Sejati (Saperti), dan lain sebagainya.

Nama Pagar Nusa merupakan singkatan dari Pagar NU dan Bangsa.

3. Pencak Silat Perisai Diri

Secara resmi, Perisai Diri didirikan 2 Juli 1955 di Surabaya oleh RM Soebandiman Dirdjoatmodjo, putra bangsawan Keraton Paku Alam. Sebelum mendirikan Perisai Diri secara resmi, ia melatih silat di lingkungan Perguruan Taman Siswa atas permintaan Ki Hajar Dewantoro yang juga merupakan pamannya.

Teknik dalam silat ini mengandung unsur kurang lebih 156 aliran silat dari berbagai daerah di Indonesia. Aliran-aliran tersebut juga ditambah dengan aliran Shaolin (Siauw Liem) dari China yang sebelumnya telah dipelajari pendirinya.

Pesilat diajarkan teknik bela diri yang efektif dan efisien, baik tangan kosong maupun dengan senjata. Metode praktis dalam Perisai Diri adalah latihan serang hindar yang menghasilkan motto “Pandai Silat Tanpa Cedera”.

4. Pencak Silat Merpati Putih

Merpati Putih adalah pencak silat yang dilakukan dengan tangan kosong atau tanpa senjata dan alat. Merpati putih merupakan singkatan dari "Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening". Dalam Bahasa Indonesia, hal itu berarti "mencari sampai mendapat kebenaran dengan ketenangan" sehingga diharapkan seorang Anggota Merpati Putih akan menyelaraskan hati dan pikiran dalam segala tindakannya.

Selain itu, Merpati Putih mempunyai moto: "Sumbangsihku tak berharga, namun keikhlasanku nyata".

Merpati putih awalnya diajarkan khusus pada Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di tiap kesatuan ABRI. Namun, jenis pencak silat ini terus berkembang dan banyak dipelajari masyarakat Indonesia

5. Silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah

Tapak Suci adalah bela diri yang berada di bawah naungan Muhammadiyah. Tapak Suci adalah organisasi otonom Persyarikatan Muhammadiyah yang berdasarkan akidah Islam dan senantiasa mengajarkan tuntunan ajaran Islam dengan mengindahkan hukum-hukumnya dan melaksanakan ibadahnya.

Semua anggota atau kader Tapak Suci yang berniat untuk sungguh-sungguh belajar bela diri ini harus beragama Islam serta bersedia menjadi anggota Muhammadiyah. Syarat-syarat tersebut sesuai dengan tujuan Tapak Suci yaitu menghimpun anggota Muhammadiyah untuk belajar ilmu pencak silat yang bersih dari ilmu kesesatan syirik.

Sembari mengenal dan menghafal gerakan atau jurus Tapak Suci, para kader juga dibina tentang penguatan akidah, akhlak (moralitas) dalam pergaulan, ketahanan mental, dan juga kepemimpinan.

6. Pencak Silat Cimande

Pencak silat Cimande adalah bela diri yang berkembang dari Kampung Cimande, Caringin, Kabupaten Bogor. Pencak silat ini dipercaya dikembangkan oleh sosok bernama Abah Khaer.

Pencak silat Cimande adalah bela diri yang mengandung nilai-nilai, norma-norma dan perilaku yang dijunjung tinggi serta diwariskan oleh leluhur Cimande. Di dalam kehidupan keluarga besar pencak silat Cimande terdapat Taleq yang merupakan kode etik yang harus ditaati dan ditepati oleh pesilat. Di antara isi Taleq antara lain: harus taat kepada Allah dan Rasul-Nya; jangan melawan kepada ibu dan bapak serta orang yang sudah tua; jangan melawan kepada guru dan ratu (pemerintah), dan lain sebagainya.

Di antara jurus yang paling populer dari pencak silat Cimande adalah jurus pamacan atau gerakan seperti macan. (wwj/humas)