Peringati Hari Koperasi Nasional, Guru Besar FEB UPNYK Soroti Perkembangan Koperasi di Era Globalisasi
Pada tanggal 12 Juli setiap tahunnya, Indonesia memperingati Hari Koperasi Nasional, sebuah momen yang didedikasikan untuk mengenang pentingnya koperasi sebagai salah satu pilar ekonomi negara. Tahun ini, dalam peringatan Hari Koperasi Nasional, Prof. Dr. Arief Subyantoro, M.S., Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta (UPNYK), memberikan pandangannya mengenai perkembangan koperasi di era globalisasi. Dalam ulasannya, Prof. Arief menyoroti berbagai tantangan dan peluang yang dihadapi oleh koperasi dalam menghadapi dinamika ekonomi global yang terus berubah.
Penulis Buku “Manajemen Koperasi” ini juga menggarisbawahi beberapa tantangan utama yang dihadapi oleh koperasi di Indonesia dalam era globalisasi. Menurut beliau dibandingkan dengan koperasi di Eropa, koperasi di Indonesia belum sepenuhnya menjadi sokoguru ekonomi yang kuat. Di Eropa, koperasi memainkan peran penting dalam perekonomian negara, sementara di Indonesia, banyak koperasi yang masih berjuang untuk bertahan hidup. Prof. Arief mengamati salah satu penyebabnya ialah pembentukan koperasi yang tergesa-gesa yang kerap kali menjadi masalah utama. Banyak koperasi didirikan dengan tujuan cepat mendapatkan fasilitas baik sebagai pengurus maupun anggota, yang pada akhirnya tidak mampu bertahan lama karena kurangnya perencanaan yang matang.
Kurangnya pemahaman Anggota serta harapan yang terlalu tinggi
Tantangan lain yang diidentifikasi adalah kurangnya pemahaman anggota koperasi mengenai hak dan kewajibannya. Banyak anggota yang sekadar ikut-ikutan tanpa benar-benar memahami peran mereka sebagai pemilik sekaligus pelanggan koperasi. Akibatnya, koperasi seringkali tidak dapat berfungsi optimal karena anggota tidak sepenuhnya memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh koperasi.
Selain itu, Prof. Arief juga mencatat bahwa harapan anggota yang terlalu tinggi juga seringkali menyebabkan kendala. Banyak anggota berharap dengan menjadi anggota koperasi, otomatis mendapatkan berbagai fasilitas seperti mendapatkan kredit murah dengan mudah, lalu saat menyadari harapan ini tidak dapat terpenuhi, mereka seketika menjadi abai dan tidak aktif dalam koperasi. Hal ini diperparah dengan janji-janji yang seringkali diobral oleh pengurus koperasi dalam upaya menarik lebih banyak anggota dan modal melalui iuran, namun tidak dapat dipenuhi dengan benar.
Tantangan Teknologi
Teknologi di era digital sekarang ini menjadi salah satu tantangan utama bagi koperasi di era globalisasi. Menurut Prof. Arief, banyak koperasi belum siap untuk mengadopsi teknologi yang dapat membantu mereka bersaing dengan perusahaan non-koperasi. Di tempat lain, seperti di toserba modern, penggunaan teknologi telah mempermudah proses bisnis, mulai dari pemesanan hingga pengantaran barang. Sementara itu, banyak koperasi masih terjebak dalam metode tradisional yang kurang efisien.
Pengelolaan Sumber Daya Manusia dan Keuangan
Prof. Arief juga menyoroti bagaimana pentingnya pengelolaan sumber daya manusia dan keuangan yang baik. Koperasi seringkali kesulitan menarik anak muda untuk terlibat dalam pengelolaan karena kurangnya prestise juga kompensasi yang rendah dimana di sebagian besar koperasi kecil tidak mampu memberi pendapatan yang layak kepada pengurusnya. Selain itu, manajemen koperasi juga kerap menggunakan modal cadangan secara tidak tepat yang mana sering menjadi masalah, dimana modal yang seharusnya disimpan untuk keadaan darurat digunakan untuk keperluan lain, yang mengancam kelangsungan koperasi saat memiliki kebutuhan mendesak.
Keterbukaan dan transparansi juga menjadi isu penting yang perlu diperhatikan oleh koperasi. Anggota harus diberikan informasi yang cukup mengenai kondisi koperasi, sehingga mereka tidak merasa curiga atau tidak percaya. Dengan kemajuan teknologi, keterbukaan informasi ini dapat disampaikan melalui website atau platform digital lainnya, tanpa harus menggunakan cara tradisional yang memakan waktu dan biaya.
Kekurangan Modal dan Biaya Operasional yang Tinggi
Banyak koperasi, terutama yang menengah ke bawah, seringkali kekurangan modal untuk berkembang. Prof. Arief mengemukakan bahwa koperasi seharusnya dapat memanfaatkan berbagai sumber modal yang ada, termasuk dari perusahaan besar melalui Corporate Social Responsibility (CSR). Namun, koperasi seringkali tidak mampu mengajukan menyusun proposal yang baik untuk mendapatkan bantuan tersebut, kembali lagi karena kurangnya SDM dalam jajaran pengurus Koperasi
Biaya operasional yang tinggi juga menjadi salah satu tantangan yang dihadapi oleh keuangan koperasi. Koperasi seringkali mematok harga barang lebih tinggi dibandingkan dengan retail atau toko lain di luar koperasi, menyebabkan anggota lebih memilih untuk membeli di tempat lain. Hal ini diperparah dengan berbagai kelebihan yang disediakan toko retail seperti toko yang nyaman, dan layanan antar barang.
Pemanfaatan Teknologi serta Peran pemerintah
Untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut, Prof. Arief menekankan pentingnya koperasi untuk mengadopsi teknologi. Koperasi harus belajar dan beradaptasi dengan teknologi modern agar tidak tertinggal. Pengurus koperasi harus mau belajar dan memahami teknologi, bahkan jika perlu pengurus koperasi diberikan pelatihan agar tidak tertinggal dengan non Koperasi
Selain itu, Prof. Arief menjelaskan bagaimana peran pemerintah sangat penting dalam mendukung perkembangan koperasi. Pemerintah dapat membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menyediakan modal, fasilitas, dan regulasi yang mendukung koperasi. Sebagai contoh, pemerintah daerah setempat sebisa mungkin tidak memberi izin pendirian toko retail modern di dekat koperasi untuk menjaga kelangsungan usaha koperasi.
Rekomendasi untuk Koperasi di Era Globalisasi
Sebagai penutup, Prof. Arief memberikan beberapa rekomendasi agar koperasi dapat bertahan dan berkembang di era globalisasi. Pertama, koperasi harus siap mengadopsi teknologi dan menghindari pengeluaran yang berlebihan. Kedua, pengurus koperasi harus profesional dan mampu mengelola keuangan dengan baik. Ketiga, koperasi harus transparan dan terbuka dalam memberikan informasi kepada anggota. Keempat, koperasi harus dapat memberikan manfaat dan keuntungan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan non-koperasi. Dan yang terakhir, peran pemerintah sangat penting dalam mendukung perkembangan koperasi, baik melalui penyediaan modal, fasilitas, maupun regulasi yang mendukung.
Dengan mengatasi tantangan-tantangan tersebut dan memanfaatkan peluang yang ada, koperasi di Indonesia dapat berkembang dan menjadi salah satu pilar ekonomi yang kuat di era globalisasi. Prof. Arief optimis bahwa koperasi di Indonesia, terutama yang kecil dan menengah, dapat berkembang dengan baik jika dikelola dengan baik dan didukung oleh semua pihak, termasuk pemerintah dan anggota koperasi itu sendiri.