UPN “VETERAN” YOGYAKARTA MENYELENGGARAKAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) OPTIMALISASI PRODUKSI MINYAK SUMUR IDLE

  • Rabu 09 November 2022 , 08:31
  • Oleh : Dewi
  • 2355
  • 5 Menit membaca
UPN VETERAN Yogyakarta

Sleman_- UPN 'Veteran' Yogyakarta (UPNV YK)  bersama PT. Pertamina EP menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk 'Pengembangan Model Bisnis Pengelolaan Sumur Idle Dalam Rangka Optimalisasi Produksi Minyak  di PT. Pertamina EP untuk memberikan kontribusi menuju produksi minyak 1 jt bopd pada tahun 2030, FGD tersebut dihadiri oleh Rektor UPN “Veteran” Yogyakarta, stakeholder migas; Skk Migas, Ditjen Migas Kementerian ESDM, PT. Pertamina EP  antara lain Presider Direktur Pertamina EP, VP SPRM Pertamina EP, General Manager (GM) PertaminaEP  Zone 4, GM Pertamina EP Zone 11, VP Operation & Production Pertamina Hulu Rokan, BUMD Blora Patra Energi (BPE), BUMD Bojonegoro Bangun Persada, Dekan FTM, Ketua Jurusan T. Perminyakan UPN dan Peneliti Teknik Perminyakan. FGD ini digelar pada senin (7/11/2022) dalam rangka optimalisasi produksi sumur-sumur Idle yang terletak di WK (Wilayah Kerja) PT. Pertamina EP.

Rektor UPNV YK, Prof. Dr. Mohamad Irhas Effendi, M.Si pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa sebagai perguruan tinggi UPNV YK juga berupaya memberikan kontribusi di sektor Migas dalam mendukung target produksi yang dicanangkan pemerintah.

"UPNV YK punya posisi strategis karena Migas jadi salah satu ikon di perguruan tinggi kami. Kami ada potensi dalam mengembangkan Migas nasional," ucapnya

Menurutnya banyak alumni UPNV YK yang bekerja di industri Migas. Mengaplikasikan keilmuannya yang didapatkan selama kuliah UPNV YK. Irhas menjelaskan pemerintah punya target produksi minyak 1 juta bopd pada tahun 2030, sementara posisi saat ini masih sekitar 650-an ribu bopd.

"Gap 350 ribu bopd ini harus dicari jalan keluarnya sehingga target 1 juta bopd bisa tercapai. Kami perguruan tinggi yang dikenal punya potensi dalam pengembangan Migas nasional akan berupaya memberikan kontribusi di sektor ini," paparnya.

Sebagai perguruan tinggi yang juga memiliki perhatian di sektor Migas, bisa memberikan sumbangsih di dalam model bisnis ini, dengan mengaktifkan kembali sumur idle yang diharapkan bisa mendongkrak pendapatan nasional dan daerah.

Pendapatan masyarakat sekitar juga bisa terdongkrak. Oleh karena itu dia berharap bisa dirumuskan model bisnis yang sesuai untuk sumur idle, sehingga investor bisa mendapatkan keekonomian yang layak.

"Mudah-mudahan bisa ditemukan indikator dari model bisnis yang baik. Sehingga bisa memberikan kontribusi yang positif baik kepada negara dan masyarakat,"

Produksi  dari sumur idle memang belum cukup besar, namun jangan dilihat dari satu sudut pandang saja. Karena aspek kebermanfaatan bagi masyarakat cukup besar.

"Pengamatan kami sumur-sumur tua ini dikelola oleh penambang liar, di mana teknologi yang digunakan belum baik. Sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan dan produksinya tidak besar," paparnya.

Wisnu Hindadari selaku President  Direktur Pertamina EP mengatakan , melalui FGD ini diharapkan bisa menghasilkan kontribusi dalam mendongkrak produksi minyak nasional. Di mana pemerintah punya target produksi minyak  1 juta barel oil per day (bopd) dan Produksi gas 12 miliar kaki kubik per hari (BFCD) pada 2030.

Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Julius Wiratno mengharapkan baik sumur muda dan sumur tua tetap bisa memberikan kontribusi pada produksi nasional. Karena tanpa temuan potensi migas yang besar, target 1 juta bopd dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BCFD) 2030 sulit dicapai.

Julius menjelaskan meski secara persentase kebutuhan energi fosil seperti Migas makin kecil, tapi secara volume bertambah. Persentase ini menurun karena pemerintah juga fokus menggenjot pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk bauran energi nasional.

"Saat ini lapangan-lapangan migas kita mengalami decline (penurunan). Eksplorasi terus kami dorong untuk menemukan cadangan minyak. Energi kebutuhan fosil meningkat, tapi secara persentase turun, sementara EBT bakal naik. Bahkan di 2025 bisa mencapa 23 persen [EBT]," jelasnya.

Julius Wiratno menambahkan  jumlah sumur yang bisa diaktifkan kembali diperkirakan hanya 30 persen dari total sumur 14 ribuan sumur idle. Untuk mendorong aktivasi sumur idle berbagai insentif telah ditawarkan pemerintah.

"Pemerintah berkomitmen dalam memberikan insentif, ini kami tahu persis baik fiskal dan perizinan. FGD ini bagus untuk menjawab berbagai tantangan," ungkapnya.

Julius mengharapkan para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), khususnya PT Pertamina EP lebih masif lagi melakukan reaktivasi sumur idle. "Evaluasi bisnis model dilakukan, sehingga ada nilai ekonomisnya."

Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Noor Arifin Muhammad, S.T., M.SIE menyampaikan beberapa upaya telah dilakukan pemerintah dalam mendorong produksi untuk mencapai target di 2030.

Selama tahun 2022 upaya-upaya yang telah dilakukan diantaranya pelaksanaan program Work Over-Well Services (WO-WS) dan Drilling sesuai target. Akselerasi program penambahan produksi atau filling the gap.

"Kemudian optimasi kegiatan-kegiatan planned shutdown, meminimalisir terjadinya kejadian-kejadian unplanned shutdown, optimasi dan reaktivasi sumur dan lapangan idle, serta upaya-upaya lainnya," kata Noor.

Reaktivasi sumur idle telah disampaikan di dalam Work Program & Budget (WP&B), akan dilakukan pada 1.000 sumur-sumur idle. Sementara reaktivasi sumur idle non WP&B sebagai filling the gap target produksi.

"Terdapat 14.260 idle wells. Mekanisme yang dapat diterapkan dalam kerjasama reaktivasi sumur idle antara lain, no cure no pay, no cure less pay, performance based, risk & rewards, dan lainnya," jelasnya

Sayoga Heru Prayitno, selaku dosen, peneliti dan pengelola sumur tua di UPN Veteran Yogyakarta menyampaikan bahwa jumlah potensi sumur-sumur tua peninggalan Belanda di Indonesia cukup besar sekitar 13 rb yang tersebar dari Aceh sampai Papua. Sumur tua merupakan bagian dari sumur idle. Lokasi sumur tua  berada di 95 persen di Wilayah Kerja (WK) PT. Pertamina EP.

Ia menambahkan sumur tua  tersebut tidak semuanya dapat dilakukan rektivasi dan produksi kembali karena kondisi lokasi sumur tua saat ini sudah tidak keliatan dipermukaan, dipemukiman penduduk, diareal pertambangan batubara dan kondisi lain yg tidak memungkinkan dilihat dari sisi operasi pelaksanaan.

“Sekitar 35% atau 4500 sumur yang memungkinkan untuk diaktifkan dan diproduksi kembali, dengan rata produksi 10 bopd maka akan mendapatkan tambahan produksi sebesar 45.000 bopd. Sebagian sumur tua yang sudah diaktifkan oleh pertamina sendiri maupun dikerjasamakan dengan KUD/BUMD sebagai implementasi Permen ESDM No. 01 tahun tahun 2008 tentang sumur tua. Namun  pengelolaan sumur tua yang  dikerjasamakan dengan KUD/BUMD belum produksi yg dihasilkan belum seperti yang diharapkan, khususnya yang di wilayah Cepu.

Pakar sumur tua di UPN Veteran Yogyakarta menambahkan untuk mengoptimalkan produksi sumur-sumur idle perlu dikembangkan model bisnis atau model kerjasama yang sudah ada yaitu Kerjasama KSO dan Kerjasama pengelolaan sumur tua oleh KUD/BUM untuk mendukung target produksi minyak 1 juta bopd pada tahun 2030.