Reaktualisasi Bela Negara di Era Digital: Membentuk Generasi Emas dengan Jiwa Patriotisme

  • Selasa 19 November 2024 , 03:36
  • Oleh : Dewi
  • 381
  • 4 Menit membaca
UPN VETERAN Yogyakarta

YOGYAKARTA - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta sukses menggelar seminar nasional bertajuk “Reaktualisasi Bela Negara di Era Digital” pada Selasa (19/11/2024), sebagai bagian dari rangkaian Dies Natalis ke-66 UPN Veteran Yogyakarta. Bertempat di Gedung Agus Salim, Kampus 2 UPN Veteran Yogyakarta, seminar ini menghadirkan empat pembicara lintas bidang untuk membahas urgensi bela negara di tengah tantangan era digital.

Dalam sambutannya, Dekan FISIP UPN Veteran Yogyakarta, Dr. Susanta, M.Si, menyampaikan harapannya bahwa seminar ini dapat menjadi ruang refleksi bagi generasi muda untuk tetap memegang teguh nilai-nilai Bela Negara sebagai fondasi menuju Indonesia Emas 2045 yang tidak hanya cerdas secara teknologi tetapi juga memiliki jiwa patriotisme yang kokoh.

“Melalui seminar ini, kami berharap generasi muda mampu menginternalisasi nilai-nilai bela negara dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Filosofi UPN Veteran Yogyakarta, Widya Mwat Yasa, memberi kita arahan dalam menuntut ilmu untuk kebaikan bangsa, menjadi pedoman kami dalam membangun karakter kebangsaan,” ujar Dekan FISIP di hadapan ratusan peserta seminar.

Seminar ini dibuka dengan paparan dari Prof. Dr. Mohd Afandi Salleh, Akademisi dari Faculty of Law & International Relations, Universiti Sultan Zainal Abidin, Malaysia. Beliau mengupas perbedaan pendekatan patriotisme antara dunia Barat yang modern dan Timur yang agamis, serta menekankan bahwa masyarakat Timur patut bersyukur dan bangga dengan karakter budaya yang berlandaskan nilai spiritual.

Dalam paparannya, Prof. Dr. Mohd Afandi Salleh juga membahas bagaimana Malaysia mengimplementasikan nilai-nilai Bela Negara melalui berbagai pendekatan, termasuk media budaya populer seperti film dan animasi. Ia menekankan bahwa Bela Negara adalah upaya kolektif yang harus ditanamkan sejak dini untuk memperkuat identitas bangsa di tengah arus globalisasi.

Dari perspektif komunikasi, Dr. Agung Prabowo, dosen Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta, menyoroti pentingnya kolaborasi antar generasi untuk menanamkan nilai-nilai Bela Begara. Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UPN Veteran Yogyakarta ini, juga memaparkan pentingnya membentuk karakter kebangsaan generasi milenial di era digital dalam Perspektif Dromologi. Dalam paparannya, ia menjelaskan bahwa generasi muda saat ini hidup dalam arus informasi yang serba cepat dan perlu diarahkan untuk menggunakan teknologi secara bijak guna memperkuat identitas nasional.

Perspektif berbeda disampaikan oleh Kolonel Sus Ir. Margono, M.Si dari Akademi Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia, yang membahas sinergi antara pertahanan dan keamanan nasional dalam konteks transformasi digital. Menurutnya, era digital membawa tantangan baru berupa ancaman siber yang membutuhkan kolaborasi erat antara masyarakat sipil dan militer untuk memastikan ketahanan nasional. Kolonel Sus Ir. Margono, M.Si juga menyoroti pentingnya literasi digital dalam menghadapi ancaman siber yang kian kompleks. Ia mengingatkan bahwa ancaman keamanan nasional di era digital tidak hanya datang dari fisik tetapi juga dari dunia maya

Dari perspektif seni dan budaya, Mila Rosinta Totoatmojo, S.SN, M.SN, seorang budayawan dan seniman sekaligus founder Mila Art Dance School, menyampaikan bahwa seni dan budaya memiliki peran strategis dalam menanamkan nilai-nilai Bela Negara di era digital. Menurutnya, menjaga keberlanjutan budaya lokal adalah bagian strategis dalam mempertahankan eksistensi bangsa di tengah arus globalisasi digital.

Ia menjelaskan bagaimana seni tradisional dapat dimanfaatkan sebagai media untuk memperkuat kebanggaan nasional, terutama melalui kolaborasi dengan teknologi digital. Mila juga mengingatkan bahwa di era globalisasi, budaya lokal menghadapi tantangan berupa komodifikasi yang dapat menghilangkan makna aslinya. Oleh karena itu, ia mendorong generasi muda untuk tidak hanya menjadi konsumen budaya, tetapi juga pelaku aktif dalam melestarikan dan mempromosikan budaya sebagai bagian dari strategi bela negara.

Seminar ini diakhiri dengan diskusi panel interaktif yang membahas tema-tema spesifik, seperti politisasi media dalam reaktualisasi cinta tanah air hingga peran konten kreatif untuk memperkuat nilai Bela Negara. Peserta seminar juga diajak untuk aktif berdiskusi dan menggali wawasan tentang bagaimana nilai-nilai bela negara dapat terus relevan di tengah perkembangan teknologi.

Kegiatan ini memberikan kesan mendalam bagi para peserta, salah satunya adalah Kamila Cantika Maharani. Mahasiswa Administrasi Bisnis ini, mendapatkan banyak manfaat dari paparan narasumber.

Dari seminar tadi, jadi menambah insight aku mengenai Bela Negara dari dalam negeri sampai luar negeri bersama empat pembicara yang luar biasa!” ujar Kamila dengan penuh antusias.

Seminar ini menjadi salah satu bukti komitmen UPN Veteran Yogyakarta sebagai perguruan tinggi berlandaskan Bela Negara dalam membangun karakter kebangsaan generasi muda. Melalui kegiatan ini, UPN Veteran Yogyakarta berharap para peserta dapat menerapkan nilai-nilai bela negara tidak hanya dalam kehidupan pribadi, tetapi juga dalam kontribusi nyata untuk bangsa dan negara di era digital.

Seminar ini juga menegaskan bahwa bela negara bukan hanya tugas aparat pertahanan, melainkan tanggung jawab kolektif masyarakat Indonesia. Nilai-nilai ini, jika diintegrasikan dengan kemampuan digital, menjadi kekuatan utama dalam menciptakan masyarakat cerdas (smart society) yang tangguh menghadapi era global.