LPPM UPNVYK ADAKAN WORKSHOP BAHAS TIPS PENULISAN ARTIKEL JURNAL ILMIAH BEREPUTASI

  • Kamis 04 Agustus 2022 , 04:18
  • Oleh : Dewi
  • 1820
  • 3 Menit membaca
UPN VETERAN Yogyakarta

Sleman – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (UPNVYK) gelar workshop yang mengangkat tema “Penulisan Artikel Jurnal Ilmiah Bereputasi.” Kegiatan  dilaksanakan secara daring melaui platform zoom meeting pada Selasa (26/07/22). Narasumber yang dihadirkan bernama Dr. Rer. Soc. Masduki yang merupakan dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Indonesia.

Dalam kata sambutannya, Dr. Hendro Widjanarko, MM selaku ketua LPPM UPNVYK mengatakan bahwa workshop sejenis ini rutin diselenggarakan guna memperbaharui dan meningkatkan kualitas dosen. Adapun, pengangkatan tema acara kali ini dilatarbelakangi karena setelah LPPM melakukan kegiatan monitoring evaluasi, ditemukan hasil bahwa penulisan artikel jurnal merupakan hal yang penting pada semua skema mulai dari dasar, terapan, klaster, hingga kelembagaan.

Lebih lanjut dia menuturkan bahwa selain mengadakan workshop, LPPM memfasilitasi para dosen dengan menciptakan klinik proposal sebagai media untuk berkonsultasi mengenai segala hal yang berkaitan dengan penyusunan proposal penelitian mereka. “Harapannya luaran yang telah dirumuskan dalam penulisan proposal dapat terpenuhi sesuai target, sehingga terjadi peningkatan Indikator Kinerja Utama LPPM yang diturunkan dari perencanaan strategis UPNVYK,” pungkas Hendro.

Paparan materi dibuka oleh Masduki dengan memberi pernyataan bahwa kini kualitas dosen tidak hanya dinilai dari kinerja ketika mengajar. “Kini kualitas dosen juga dinilai berdasarkan kerja riset yang berpuncak pada publikasi, serta sikap memposisikan diri sebagai bagian dari entitas global, jurnal yang ditulis harus mampu bersaing dengan publisher dari seluruh dunia,” katanya.

Berdasarkan refleksi yang ia lakukan, ketika menulis setidaknya seseorang perlu memperhatikan 4 hal. Yang pertama adalah selalu peduli pada alur yang  runtut dan kejelasan berpikir, Yang kedua berpikir menulis untuk public internasional yang beragam. Yang ketiga mengutamakan tradisi to the point, bukannya mengawali dengan ilustrasi abstrak atau makro. Lalu yang terakhir namun tidak kalah penting adalah mengikuti segala proses dengan sabar, dan memahasi ekosistem serta selingkung jurnal yang dituju.

Materi yang disampaikan berfokus pada penulisan abstrak yang baik dan benar. Bukan tanpa alasan, pembahasan mengenai penulisan abstrak menjadi penting karena tantangannya sangat besar. “Karena abstrak berisi ringkasan, maka akan paling awal dibaca dan dapat menentukan apakan pembaca meneruskan membaca keseluruhan jurnal, atau berhenti hingga bagian ini,” tutur Masduki. 

Berdasarkan keterangan Masduki, pada prinsipnya penulisan abstrak sama halnya ketika seseorang membuat sebuah point of interest. Dalam proses tersebut, yang paling penting adalah jangan melakukan basa basi dan memulai dengan suatu yang abstrak,  melainkan langsung saja to the point. “Kalau bisa penyampaian tujuan penulisan langsung di kalimat pertama, namun bila tidak bisa maka maksimal di kalimat kedua. Selanjutnya adalah metode penelitian, dilanjutkan dengan temuan inti, lalu diakhiri dengan implikasi,” pungkasnya.

Pada sesi diskusi, peserta Bernama Dwi Aulia mengeluhkan kendalanya dalam berbahasa Inggris ketika menulis artikel jurnal internasional. Masduki kemudian merespon hal tersebut dengan mengatakan bahwa kendala berbahasa Inggris hanyalah problem teknis semata. “Abaikan ini sebagai penyangga untuk menulis. Tulis dulu dalam Bahasa Indonesia, lalu olah dalam Bahasa inggris, dan gunakan jasa proofreader. Fungsinya ada dua, yang pertama membenarkan apabila terdapat bahasa yang keliru. Lalu yang kedua adalah mewakili pembaca, karena bagaimanapun orang lain harus membaca tulisan kita sebelum di submit,” tutupnya.

Prayudi, M.A., Ph.d. yang merupakan moderator acara ini turut menyampaikan kata motivasi kepada para peserta workshop. “Menulis adalah sebuah kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia akademik. Pada mulanya memang sulit, terlebih ketika pernah merasakan ditolak. Namun ketika sudah terjun kedalamnya, maka kegiatan ini menjadi hal yang dapat dinikmati,” ungkapnya.