UPN Veteran Bicara soal Usaha Tingkatkan Inovasi di Indonesia

  • Rabu 16 Oktober 2019 , 12:00
  • Oleh : Ritta Humas
  • 1471
  • 3 Menit membaca
UPN VETERAN Yogyakarta

Belum banyak inovasi berkembang dan terpublikasikan dengan baik di Inonesia. Tak heran permasalahan tersebut membuat ranking inovasi Indonesia berada di urutan yang rendah. Salah satu bentuk tanggapan atas permasalah tersebut UPN Veteran Yogyakarta menggelar Seminar Nasional Call For Paper & Monev Hasil Penelitian dan pengabdian Kemenristekditi RI.  Seminar yang diselenggarakan pada Rabu (16/10) di Hotel GQ ini sudah berjalan ke lima kalinya. 

"Seminar ini agenda dikti. Jadi untuk monev sekalian yang terakhir dari para peneliti dan pengabdi yang mendapat hibah, yang mendapat dana dari kemenristekditi. Kita monev yang ketiga dan yang internal dari UPN" tutur ketua LPPM UPNVY Heru Sigit Purwanto pada Rabu (16/10).

Tujuannya dari seminar kali ini adalah untuk mengarahkan pada hilirisasi industri. Dia menuturkan umumnya penelitian hanya terhenti pada lab saja. Oleh karenanya seminar kali ini memaparkan penelitian hingga tahap aplikasi industri. 

"Kita pacu para dosen peneliti untuk ke arah industri" tutur ketua acara seminar ini. 

Ia juga menambahkan proses memacu dosen ini telah menggerakkan sekitar 400 dosen telah mengikuti penelitian dan aktif. Tujuannya nanti akan membuat arah baru yakni mengembangkan riset yang dapat dapat diaplikasikan dalam skala industri. 

"Seminar kali ini diikuti oleh terkumpul 181 makalah. Banyak sekali dan diikuti oleh para praktisi juga dan para perguruan tinggi tidak hanya dari UPN sendiri. Dari dikti ada 39 dari internal ada 140an" tuturnya. 

Dalam kesempatan kali ini pula Muhammad Irhas Effendi menuturkan persoalan di Indonesia terkait riset yang dilakukan akademisi maupun praktisi. Terkait dengan program kerja riset sendiri, UPN Veteran Yogyakarta mulanya mengacu pada UU 18 tahun 2002 tentang sistem pengembangan iptek. Kali ini yang menjadi acuan yakni pada UU 2011-2019 tentang sistem inovasi nasional. Karenanya UPN Veteran Yogyakarta sendiri sudah bersiap untuk menghadapi inovasi. 

"Dalam rangka itu maka kita bersiap menghadapi tantangan terhambatnya proses inovasi di Indonesia" pungkas Irhas. 

Terhambat inovasi di Indonesia ini rupanya terkait dengan data yang menyebut global indeks yang ada di posisi 50. Inovasi dari 12 pilar kompetitif berada di posisi terendah. Sektorannya berada di urutan ke 38. Irhas mengatakan dari 12 pilar inovasi kompetitif berada di posisi terendah. 

"Dari 12 pilar global competence index inovasi berada di paling rendah" tadasnya. 

Posisi Indonesia sendiri malah memiliki keunggulan di market size yang luar. Konsekuensinya dengan inovasi yang berada di taraf rendah, menyebabkan banyaknya inovasi bukan dibuat oleh orang Indonesia sendiri melainkan dari orang luar negeri. 

"Indonesia unggul di market size, konsekuensinya akan banyak inovasi dari luar negeri datang untuk memanfaatkan pasar kita" ujar rektor UPN Veteran. 

Dalam tema seminar nasional ini menjadi hal yang perlu dibahas. Sebab menyorot pada upaya untuk mengangkat inovasi di Indonesia yang berbasis dari riset. 

Salah satu upaya yang dilakukan oleh UPN Veteran Yogyakarta sendiri melakukan riset. Tidak berhenti di riset saja melainkan melakukan desiminasi atau mempublikasikan hasil temuannya. Setelahnya pihak kampus sendiri melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait industri. 

Senada dengan yang diutarakan Irhas dalam sambutannya, pula disampaikan terkait arah kebijakan penguatan riset dan pengembangan inovasi oleh Muhammad Dimyati. 

Seminar kali ini tak hanya membahas terkait hasil temuan riset. Pula diadakan penyerahan paten untuk tiga dosen UPNVY yang berhasil meraih paten tahun 2019 dari riset yang dilakukannya. (adv)